Belajar dari apa yang dilihat

Perjalanan hari itu begitu menegangkan, menaiki mobil yang sudah tidak muda lagi, dan jam terbang yang terlalu tinggi namun tiada mendapatkan perawatan yang baik. Jalan yang mulus terasa bergoyang, karena stir dan roda depan sudah tidak stabil.

Penjaga miting

Begitu juga ketika melewati jalan berlubang, ada rasa was was bagian mobil depan terjerembab, atau patah, dan banyak lagi kekhawairan.

Banyak sekali jalan yang berlubang, tak terhitung. Mungkin karena tidak ada anggaran dari pemerintah untuk memperbaikinya, atau kualitas jalan yang kurang baik. Atau mungkin kondisi tanah yang labil sehingga aspal mudah rusak ditambah musim yang ekstrim, hujan lebat tak berkesudahan menyebabkan jalanan menjadi lunak dan berlumpur ditambah lagi dengan banyak nya kendaraan yang lalu lalang sehingga menyebabkan semakin parah jalan yang berlubang tersebut.

Mengambil kesempatan di balik kesempitan, itu menjadi sebuah peluang untuk menghasilkan uang. Beberapa masyarakat memasang kayu untuk membantu agar kendaraan bisa lewat tanpa amblas atau tumbang, dalam bahasa sini disebut “Miting” . Dengan balasan bayaran uang 2ribu sampai 10 ribu sekali lewat, banyak yang merasa terbantu ada juga yang terbebani. Hal itu karena jumlah miting tidak hanya satu tetapi banyak, sampai lebih dari sepuluh.

Terlebih lagi kadang kadang yang menjaga meting itu bukan orang dewasa melainkan remaja, bahkan anak kecil. 2 ribu sekali lewat, kalau di kali seratus sudah 200 ribu. Cukup lumayan untuk kerja menunggui mobil lewat.

Itu adalah sebuah permasalahan, namun disisi pemerintah terkadang terkesan melakukan “pembiaran”, dengan dalih “tidak

ada anggaran” “itu bukan wewenang kabupaten, bla bla bla bla. Namun setidaknya jika memang peduli, harusnya bisa ambil sikap dan solusi .

Thats, Eksekutif daerah, job

Tinggalkan komentar